Selasa, 23 Februari 2016

LAPORAN STUDI KELAYAKAN BISNIS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Laporan hasil studi kelayakan (feasibility study report) sering dibutuhkan oleh beberapa pihak yang berkepentingan (stakeholders). Pertama laporan dibutuhkan oleh sponsor yaitu pemrakarsa proyek. Bagi mereka hasil laporan akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan yang bersangkutan dengan rencana investasi. Pihak kedua yang memerlukan laporan studi adalah mereka yang diundang untuk ikut membiayai proyek, baik sebagai pemegang saham ataupun sebagai kreditur, misalnya bank dan lembaga keuangan nonbank. Di samping itu kerap kali  laporan studi kelayakan juga diperlukan oleh badan-badan pemerintah, misalnya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Oleh karena itu laporan studi kelayakan diperlukan lebih dari satu pihak, maka dalam menyusun laporan hendaknya diusahakan agar kebutuhan semua pihak dapat dipenuhi. Susunan kerangka laporan studi kelayakan yang berikut secara garis besar mencakup kebutuhan berbagai macam pihak yang berkepentingan dalam rencana investasi proyek. Di dalam menyusun laporan studi kelayakan hendaknya selalu diperhatikan kaitan antara satu bab dngan bab-bab yang lain, demikian juga antara pmbahasan satu aspek dngan aspek yang lainnya.
Laporan studi kelayakan proyek yang disajikan secara profesional, akan banyak membantu pihak-pihak yang bersangkutan dengan perencanaan dan pembiayaan pembangunan proyek tersebut. [1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja pembahasan dalam laporan study kelayakan bisnis?
2.      Baagaimana bentuk laporan study kelayakan bisnis?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui segala pembahasan yang ada dalam laporan study kelayakan bisnis.
2.      Untuk menegtahui bentuk laporan study kelayakan bisnis.


  
BAB II
PEMBAHASAN

1.1         ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

A.    Bentuk Pasar
1.      Bentuk pasar produsen yang dipilih adalah pasar persaingan sempurna karena industri korban aktif dapat dijalankan oleh berbagai pihak selama mereka mampu.
2.      Bentuk pasar konsumen yang dipilih adalah dengan mengutamakan pasar industri, waktu tidak tertutup kemungkinan untuk memilih pasar konsumen dalam pemasaran produk ini.

B.     Mengukur dan meramal permintaan dan penawaran
1.      Produksi dalam negeri
2.      Impor
3.      Ekspor
4.      Proyeksi pasar

C.     Segmentasi target posisi di pasar
Untuk memenuhi target pemasaran yang selaras dengan kapasitas produksi pabrik, pihak manajemen harus menempuh beberapa usaha, antara lain dengan memanfaatkan kesungguhan para pembeli dengan mengikat kontrak pemasaran, baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
1.      Sengmentasi
2.      Pasar sasaran
3.      Posisi pasar

D.    Situasi persaingan di lingkungan industri
E.     Sikap, perilaku, dan kepusan konsumen


F.      Manajemen pemasaran
Dalam manajemen pemasaran, analisis akan mengacu pada bauran pemasaran yaitu mengenai kebijakan produk, harga, promosi dan distribusi. Paparannya seperti di bawah ini:
1.      Kebijakan produk
ü  Penggunaan produk
1.      Dalam industri pangan
2.      Penggunaan dalam industry non pangan
2.      Kebijakan harga
3.      Kebijakan promosi
4.      Kebijakan distribusi.[2]

1.2         ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI

Dari hasil evaluasi berbagai macam yang bersangkutan dengan kapasitas produksi ekonomis, teknologi yang dipilih, kebutuhan bahan baku, bahan pembantu dan bahan pendukung lainnya, serta tenaga kerja langsung. Dalam bab ini juga diuraikan jenis dan jumlah mesin, peralatan serta harta tetap lainnya yang diperlukan proyek. Disamping itu disajikan pula hasil peralatan serta harta tetap lainnya yang diperlukan proyek. Disamping itu disajikan pula hasil penelitian lokasi proyek dan letak pabrik yang direncanakan, serta program pembangunan proyek.[3]
a)      Pemilihan dan perencanaan produk
b)      Rencana kualitas
c)      Pemilihan teknologi
d)     Perencanaan letak pabrik
e)      Perencanaan tataletak (Layout)
f)       Perencanaan kapasitas dan jumblah produksi
g)      Pengawasan kualitas produk
Pengawasan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu pengawasan kualitas bahan baku dan pengawasan proses produksi.
Ø  Pengawasan kualitas bahan baku adalah penting karena kualitas korban aktif ditentukan oleh bahan bakunya.
Ø  Pengawasan proses produksi di lakukan melalui tiga cara yaitu:
1.      Pengawasan mesin
2.      Pengawasan karyawan
3.      Pengawasan hasil produksi[4]

1.3         ASPEK MANAJEMEN

A.    Pembangunan Proyek
Jadwal pembangunan pabrik korban aktif diemban oleh dua belah pihak yang secara bersama-sama merencanakan dan melaksanakan proyek tersebut, yaitu pemilik pabriknd dan pihak SDE. Untuk jadwal pelaksanaan proyek dapat dilihat sebagai berikut:
v  Bulan pertama sampai bulan ketiga
·         Pembelian tanah
·         Pematangan dan pemagaran
v  Bulan keempat sampai bulan keenam
·         Pembangaunan pabrik[5]
·         Pembangaunan tempat tinggal sementara
·         Koordinasi unit-unit
v  Bulan ketujuh samapi bulan kesembilan
·         Membantu mobilisasi mesin dan peralatan
·         Pembangunan kantor dan ruangan lain
·         Tahap penyuluhan pada unit-unit koperasi
v   Bulan kesepuluh sampai bulan keduabelas
·         penyediaan fasilitas
·         penyediaan bahan baku
B.     Implementasi Bisnis
1.      Struktur organisasi
2.      Deskripsi jabatan
Tujuan tiap jabatan adalah sebagai berikut:
ü  President derector tugasnya memimpin perusahaan dan bertanggung jawab meningkatkan kekayaan pemegang saham.
ü  Oprasional general manager tugasnya adalah melakukan perencanaan, pengoordinasian, pengarahan serta pengawasan kegiatan keuangan perusahaan dan pemasaran perusahaan, serta mewakili perusahaan di lingkungan eksternal.
ü  Production general manager  tugasnya adalah melakukan pencatataan, pengoordinasian, pengarahan dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan produksi, kualitas produksi dan pemeliharaan sarana produksi.
ü  Finace & accouting manager tugasnya adalah mengkoordinasikan kegiatan keuangan perusahaan dan pengawasan serta pencatatan atas kegiatan keuangan.
ü  Marketing manager tugasnya merencanakan pemasaran produk, menetapkan strategi pemasaran, mencari pembeli (tujuan ekspor), memperoleh informasi mengenai kebutuhan/ keinginan pembeli, kondisi pesaing, dan berbagai masalah eksternal.
ü  Productian manager tugasnya adalah mengorganisasikan, memberi pengarahan dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan produksi, kualitas produksi dan pemeliharaan mesin serta peralatan produksi.
ü  Personnel, general affair and purcbasing manager tugasnya adalah melakukan pengoordinasian, pengarahan dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan personalia, pekerjaan umum perusahaan dan pembeliaan yang menunjang operasional produksi.
ü  PPIC manager tugasnya membantu membantu Production general manager dalam perencanaan dan pengendaliaan jadwal produksi, kualitas produksi, penyimpanaan bahan baku/ barang jadi dan menjaga agar rencana produksi berjalan sebagaimana yang telah ditetapkan.

1.4         ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA

Tenaga kerja merupakan bagian dari keseluruhan proses produksi yang menjalankan setiap tahapan produksi. Dalam menentukan tenaga kerja, tidak hanya dibutuhkan keterampilan yang tinggi dan khusus, tetapi juga ketelitian dan kedisiplinan.

1.5         ASPEK FINANSIAL

A.    Krus Rupiah dan Inflasi
Memprediksi krus Rp/ USD adalah pekerjaan cukup sulit, terlalu banyak fakor baik eksternal maupun internal yang mempengaruhi permintaan dan penawarannya. Hasil estimasi untuk tahun-tahun mendatang adalah sebagai berikut:[6]

Tahun
Krus Rp/USD
0
6.118,60
1
6.634,09
2
7.154,67
3
7.675,24
4
8.195,81
5
8.716,39

B.     Kebutuhan dana dan sumbernya
Dana yang di butuhkan pada permulaan tahun proyeksi industry karbon aktif adalah sevesar Rp. 19.703.312.000,- dengan perincian sebagai berikut:

Kebutuhan Investasi (Dalam Ribuan Rupiah)
Aktiva

Tanah
Rp.                240.000,-
Bangunan & infrastruktur
Rp.             2.206.000,-
Investasi kantor
Rp.           11.745.000,-
Mesin & perlengkapan pabrik karbon aktif
Rp.                144.000,-
Kendaraan dan alat angkut    
Rp.             1.000.000,-
Biaya praoperasi
Rp.             1.706.511,-
JUMBLAH AKTIVA
Rp.           17.043.501,-
Modal kerja
       
Biaya persediaan bahan baku
Rp.             1.136.268,- 
Biaya tenaga kerja langsung
Rp.                23.800,-
Ongkos angkut
Rp.              222.433,-
Overhead
Rp.              246.903,-
Biaya administrasi & penjualan
Rp.              111.113,-
Biaya bunga pinjaman
Rp.              154.903,-
Kas & lain-lain
Rp.              765.181,-
Jumblah modal kerja
Rp.          2.659.811,-
TOTAL BIAYA KERJA
Rp.        19.703.312,-

C.     Analisis hasil usaha
D.    Analisis tingkat pulang pokok
E.     Analisis arus kas
F.      Analisis kelayakan proyek
1.      Analisis nilai tunai bersih sekarang (NPV)
2.      Tingkat pengembalian internal (IRR)
3.      P            eriode pengembalian
4.      Indeks profabilitas
G.    Analisis sensitivitas.
Perubahan-perubahan atas turunnya harga jual, naiknya harga bahan baku, menguatnya nilai rupiah terhadap dolar AS menyebabkan  perubahan yang sangat besar terhadap NVP, IRR, BEP, dan alat analisis lain secara langsung dari keadaan yang sebenarnya.[7]

1.6         Aspek Ekonomi, Sosial, dan Politik

A.    Dampak Ekonomi
Pembangunan pabrik ini akan membawa akibat terhadap struktur perekeokoniman Negara pada umumnya dan masyarakat di lingkungan pabrik pada khususnya, hal ini dapat di lihat dari:
v  Peningkatan penghasilan dari pegawai pabrik
v  peningkatan penerimaan Negara
v  penerimaan devisa

B.     Dampak Sosial
Dampak yang nyata dalam aspek sosial dari pelaksanaan investasi pabrik karbon aktif adalah sebagai berikut:
Ø  Penciptaan lapangan kerjaan
Ø  Perubahan tingkat pengetahuan dan perilaku kehidupan
Ø  perubahan pola kehidupan masyarakat

C.     Dampak Politik
Jika bisnis karbon aktif ini memiliki dampak positif pada aspek ekonomi nasional, termasuk aspek sosialnya, maka diharapkan politik nasional pun menjadi baik. Atau, jika politik nasional masih gonjang-ganjing, maka kondisi seperti ini dapat secara langsung mempengaruhi bisnis.

1.7         ASPEK YURIDIS

Dilihat dari sekala investasi, kerja sama yang dilakukan antara para investor dan keterlibatan pihak luar negeri sebaiknya memiliki badan usaha hokum. badan hokum yang lazim digunakan adalah perusahaan dalam bentuk perseroan terbatas.
A.    Membuat perusahaan
Dalam membuat perusahaan penulis dapat menjelaskan secara singkat sebagai berikut:
a.       Melakukan rapat para investor dan pengurus, yang akan membahas siapa yang akan mengendalikan perusahaan.
b.      Mensahkan hasil rapat di atas pada notaris pendirian perusahaan.
c.       Melakukan penyetoran modal pentyertaan pembentukan perusahaan, dan melakukan pengesahan oleh departemen kehakiman.
d.      Berdasarkan akte perusahaan, pihak pengelolaan perusahaan dapat segera mengugrus NPWP, tanda  daftar perusahaan, SIUP dan dokuken pendukung untuk keperluan kegiatan melakukan perusahaan.

B.     Perizinan
Untuk melaksanakan proyek investasi karbon aktif ini ada beberrapa izin yang diperlukan sebagai aspek hukum lainnya, adalah sebagai berikut;
a.       Perizinan dari pemerintah
b.      Izin mendirikan bangunan

C.     Kegiatan pra-oprasional.[8]
Kegiatan pra-oprasional proyek investasi pabrik karbon aktif dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Menyusun studi kelayakan peroyek untuk menyelidiki dan menganalisis serta menentukan kelayakan usaha tersebut, baik dari segi aspek pemasaran, aspek teknis dan oprasional, aspek manajemen, aspek hukum, aspek keuangan dan aspek ekonomi sosial.
b.      Melakukan kontrak jual-beli mesin dan peralatan pabrik karbon aktif dengan perusahaan SDE.
c.       Mengurus segala macam perizinan yang diperluakan.
d.      Melakukan kegiatan penyediaan tanah termasuk pembebasan dan izin pemakaian tanah di lokasi proyek.
e.       Mengadakan survey kesesuaian lokasi untuk melihat kesesuaian tanah yang tersedia sebagai lokasi proyek.
f.       Mengadakan pemetaan untuk memindahkan perancangan tataletak bangunan (pabrik) di lokasi proyek.
g.      Persiapan dan penyelesaian konstruksi bangunan dan kantor.
h.      Mencari mitra usaha untuk pemasaran karbon aktif, pemasok bahan baku termasuk kepada unit-unit koprasi, dan lain-lain.
i.        Penyedian tenaga kerja dan pelatihan untuk mempersiapkan operasi perusahaan secara komersial.
j.        Koordinasi dengan unit koperasi dalam mencari tenaga kerja langsung, pembinaan dan penyuluhan pembuatan arang tempurung kelapa.

1.8         ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

Setiap perusahaan industry berkewajiban melaksanakan upaya menyeimbangkan dan melestarikan sumberdaya alam serta mencegah timbulnya kerusakan dan pencemran lingkungan hidup sebagai akibat dari kegiatan pabrik tersebut. [9]


BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Kemampuan pemrakarsa dalam pembiayaan proyek, maupun dalam menangani kegiatan pembangunan dan operasi proyek yang direncanakan. Di mana letak kekuatan dan kelemahan mereka, apakah diperlukan bantuan dari luar, kalau diperlukan dalam hal bidang apapun. Dalam prospek masa depan kehidupan proyek ditinjau dari segi pemasaran, teknis, teknologi, manajemen operasional, ekonomi dan keuangan. Bagaimana prospek masa depan kehidupan proyek ditinjau dari semua aspek secara keseluruhan. Mafaat keuangan dan nonkeuangan, apa yang dapat diperoleh dari proyek, berapa pula jumlahnya bilamana dapat diukur secara kuantitatif. Kelemahan pokok apa yang terdapat pada proyek, dan bagaimana cara mengatasinya.
Dari hasil evaluasi berbagai macam yang bersangkutan dengan kapasitas produksi ekonomis, teknologi yang dipilih, kebutuhan bahan baku, bahan pembantu dan bahan pendukung lainnya, serta tenaga kerja langsung. Dalam bab ini juga diuraikan jenis dan jumlah mesin, peralatan serta harta tetap lainnya yang diperlukan proyek. Disamping itu disajikan pula hasil peralatan serta harta tetap lainnya yang diperlukan proyek.


DAFTAR PUSTAKA

Husain umar. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta




                                                                        


[2] Husain umar. studi kelayakan bisnis.( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997).  hal. 363-378
[4] . Husain umar, Op. Cit. hal. 379-391
[5] . Loc. Cif
[6] . Op. Cit. Hal. 392-397
[7] . Op. Cit. Hal. 398-407
[8] . Op. Cit. Hal. 409-441
[9] . Op. Cit. hal. 413